Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

ASKEB PNC KALA II



ASUHAN KEBIDANAN I (PNC)
Tentang
KALA DUA PERSALINAN


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  latar belakang
tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu dibanyak Negara berkembang,terutama disebabkan oleh pendarahan pasca persalinan,eklamsia,sepsis dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kemaian ibu tersebut sebenarnya dapat di cegah melalui upaya pencegahan yang efektif. Bebrapa Negara berkemban dan hamper semua Negara maju berhasil menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu ketingkat yang sangat redah.
a.       Keluarga berencana untuk membantu memantau perkembangan para ibu dan suaminya merencanakan kehamilan yang di inginkan
b.      Asuhan antenatal terfokus untuk memantau perkembangan kehamilan, mengenai gejala dan tanda bahaya, menyiakan persalinan dan kesediaan menghaapi komplikasi.
c.       Asuhan pasca keguguran untuk menatalaksana gawat darurat keguguran dan komplikasinya serta tanggap terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.
d.      Persalinn yang bersih dan aman serta pencegahan komplikasi kajian dan bukti ilmiah menunjukkan bahwa asuhan persalinan bersih,aman dan tepat waktu merupakan slah satu upaya efktif untuk mencegah terjadinya kesakitan dan kematian.
e.       Penatalaksanaan komplikasi yag terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan. Dalam upaya menurun kesakitan dan kematian ibu, perlu di antisipasi adanya batasan kemampuan untuk menatalaksana komplikasi  pada jenjang pelayan tertentu. Kompetensi petugas,pengenalan jenis komplikasi,dan ketersediaan sarana penolong menjadi penentu bagi keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berbeda menurut derajat, keadaan dan tempat terjadinya.
1.2  Tujuan
setelah mempelajari bab ini, peserta diharapkan dapat:
ü  Menjelaskan batasan, gejala dan tanda kala dua persalinan,
ü  Membuat pesiapan untuk memandu dan memberikan asuhan kala dua persalinan
ü  Menilai kemajuan kala dua persalinan
ü  Menilai kondisi bayi selama kala dua persalinan
ü  Memperagakan posisi dan cara membimbing dan cara ibu untuk meneran
ü  Memjelaskan indikasi dan jenis tindakan yang diperlukan pada kala dua persalinan
ü  Menjelaskan prosedur untuk melahirkan dan menolong bayi
ü  Menjelaskan alasan dan cara merujuk ibu bersalin dan/atau bayi baru lahir
Bab II
Tinjauan teori
2.1 Gejala dan Tanda Kala Dua Persalinan
Gejala dan tanda kala dua persalinan adalah:
·         Ibu merassakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
·         Ibu merasakaan adanya peningkatan tekanan pada rektum / vaginanya.
·         Perenium menonjol
·         Vulva –vulva dan sfinngter ani membuka.
·         Meningkatnya keluarnya lendirbercampur ddarah.
Tanda pasti kalaa duaa ditentukan melalui periksa dalam (informasi obyektif) yang hsilnya adalah:
ü  Pembukaan serviks telah lengkap.
ü  Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
3.2 persiapan penolong persalinan
Persiapan penting bagi penolong adalah memastikan penerapan prinsip dan praktik pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan yang di anjurkan seperti :
3.2.1 Memakai sarung tangan :
sarung tangan yang suddah disinfeksi tingkat tinggi atau steril harus di pakai selalu selama melakukan periksa dalam, membantu keahiran bayi, episiotomi, penjahitan laserasi dan asuhan segera bagi bayi baru lahir. Sarung  tangan steril harus menjadi bagian dari perlengkapan untuk meolong perslinan dan pejahitan, sarung tangan harus di ganti apabila terkontaminasi dan robek/bocor.
3.2.2 Perlengkapan perlindungan diri
perlindungan diri merupakan penghalang penolong dari bahan-bahan yang berpotensial untuk menularkan penyakit, oleh sebab itu penolong harus memakai celmek,penutup kepala,masker,kacamata.
3.2.3 persiapan tempat persalinan, peralatan dan bahan
Penolong harus memiliki ruangan yang dimana proses persalina akan berlangsung, ruangan harus memiliki penerangan atau pencahayaan yang cukup baik (melalui jendela, lampu di langit-langit kamar ataupun sumber cahaya lainnya), ibu dapat menjalani persalinan ditempat tidur dengan di lapisi kain penutup yang bersih, kain tebal dan pelapis anti bocor (plastik) apabila hanya beralasan kayu atau diatas kasur yang diletakkan diatas lantai(lapisi dengan plastik dan kain bersih). Ruangan harus hangat (tetapi jangan panas) dan terhalang dari tiupan angin langsung. Harus tersedia meja atau permukaan yang bersih dan mudah dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan.
Pastikan bahwa semua perlengkapan dan bahan-bahan tersedia dan berfungsi dengan baik. Termasuk perlengkapan untuk menolong persalinan. Yaitu :
v  Partus set (di dalam wadah yang steril yang berpenutup):
ü  2 klem Kelly atau 2 klem kocher
ü  Gunting tali pusat
ü  Benang tali pusat atau klem plastic
ü  Katetrer nelaton
ü  Gunting episiotomy
ü  Alat pemecah selaput ketuban  atau klem ½ kocher
ü  2 sarung tangan DTT  atau steril
ü  Kasa atau kain kecil (untuk membersihkan jalan nafas bayi)
ü  Gulungan kapas basah (mengunakan air DTT)
ü  Tabung suntik 2 ½ atau 3ml denga jarum IM sekali pakai
ü  Kateter penhisap De Lee (penghisap lendir) atau bola karet penghisap yang baru dan bersih
ü  4kain bersih (bias di sipkan ole keluarga)
ü  3handuk atau kain untuk mengeringkan atau menyelimuti bayi (bias di sediakan oleh keluarga)

v  Bahan – Bahan:
ü  Patograf(halaman depan dan belakang)
ü  Catatan kemajuan kpersalinan atau KMS ibu hamil
ü  Kertas kosong atau formulir rujukan yang di gunakan di daerah tersebut
ü  Pena
ü  Temometer
ü  Pita pengukur
ü  Pinnards, fetoskop tau dopller
ü  Jam yang mempunyai jarum detik
ü  Stetoskop
ü  Tensimeter
ü  Sarung tangan pemeriksa bersih (5 pasang)
ü  Sarung tangan DTT atau steril (5pasang)
ü  Sarung tangan rumah tangga (1 pasang)
ü  Larutan klorin (bayclin 5,25% atau setera) tu klorin serbuk (kalsium hipoklorid 35% atau setara)
ü  Perlengkapn perlindungan pibadi : masker,kaca mata,dan alas kaki yang tertutup
ü  Sabun cuci tangan
ü  Deterjen
ü  Sikat kuku dan gunting kuku
ü  Celemek plastic atau gaun penutup
ü  Lembar plastic untuk alas tempat tidur ibu saat persalinan
ü  Kantong plastic (untuk sampah)
ü  Sumber air yan mengalir
ü  Wadah untuk larutan lorin 0,5% (bias di sediakan oleh keluarga)
ü  Wadah untuk air DTT (bias di sediakan oleh keluarga)

v Perlengkapan resusitasi bayi baru lahir:
ü  Balon resusitasi dan sungkup nomer 0 & 1
ü  Lampu sorot
ü  Tempat resusitasi

v  Obat-obatan dan perlengkapan untuk asuhan rutin dan penatalaksanaan/penanganan penyulit:
ü 8 ampul oksiosin 1ml 10 U (atau 4ampul oksitosin 2ml U/ml) (simpan di dalam lemari pendingin dengan suhu 2-8 ᵒC)
ü 20 ml lidokain 1%  tnpa epinefrin atau 10ml LIdokain 2% tanpa epinefrin dan air steril atau cairan garam fisiologis (NS) untuk pengenceran
ü 3botol ringer laktat atau cairn garm fisiologis (NS) 500ml
v Selang infuse:
ü 2 kanula I no 16-18 G
ü 2ampul metal ergometrin maleat (di simpan di dalam suhu 2-8 ᵒC)
ü  2 vial larutal magnesium sulfat 40% (25 g)
ü  6 tabung suntik 2 ½ - 3 ml steril, sekali pakai dengan jarum IM
ü  2 tabung suntik  5ml steril, sekali pakai dengan jrum IM
ü  1 10 ml tabung suntik steril, sekali pakai dengan jarum IM ukuran 22,panjang 4cm atau lebih
ü  10 kapsul/kaplet amoksisilin/ampisilin 500mg atau amoksisilin/ampisilin IV 2
ü  Vtamin K1 ampul
ü  Salep mata tetrasiklin 1%
v  Set jahit
ü  1tabung suntik 10 ml steril, sekali pakai dengan jarum IM ukuran 22, panjang 4cm tau lebih
ü  Pegangan / pemegang jarum
ü  2-3 jrum jahit tajm (ukuran 9 &11)
ü  Benang chromic (satu kali pemakaian) ukuran 2.0 dan /atau 3.0
ü  1 pasang sarung tangan DTT atau steril
ü  1 kain bersih (bias di sediakan oleh keluarga

3.2.4 penyiapan tempat dan lingkungan untuk kelahiran bayi
Persiapan untuk mencegah terjadinya kehilangan panas tubuh yang berlebihan pada bayi baru lahir harus dimulai sebelum kelahiran bayi itu sendiri. Siapkan lingkungan yang sesuai bagi proses kelahiran bayi baru lahir dengan memastikan bahwa ruangan tersebut bersih, hangat (minimal 25 ᵒC), pencahayaan cukup dan bebas dari tiupan angin (matikan kipas angin atau pendingin udara bila sedang terpasang), bila ibu bermukin di daerah pegunungan atau beriklim dingin, sebaiknya disediakan 2selimut, kain atau handuk yang kering dan bersih untuk mengeringkan dan menjaga kengatan tubuh bayi.
3.2.5 persiapan ibu dan keluarga
Asuhan sayang ibu
v Anjurkan agar ibu selalu didampingi oleh keluarganya selama proses persalinan dan kelahiran bayinya. Dukungan dari suami, orang tua, dan kerabat yang disukai ibu sangat dibutuhkan dalam menjalani proses persalinan alasan: hasil persalinan yang baik ternyata erat hubungannya dengan dukungan dari keluarga yang mendampingi ibu selama proses persalinan.
v Anjurkan keluarga ikut terlibat dalam asuhan, diantaranya membantu ibu untuk berganti posisi, melakukan rangsangan taktil, memberikan makanan dan minuman, teman bicara dan memberikan dukungan dan semangat selama persalinan dan melahirkan bayinya.
v Penolong persalinan dapat memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan anggota keluarganya dengan menjelaskan tahapan dan kemajuan proses persalinan atau kelahiran bayi kepada mereka.
v Tenteramkan hati ibu dalam menghadapi kala dua persalinan.lakukan bimbingan dan tawarkan bantuan jika di perlukan.
v Bantu ibu untuk memilih posisi yang aman saat meneran (lihat gambar 3-1 sampai 3-3 untuk contoh berbagai posisi meneran).
v Setelah pembukaan lengkap,anjurkn ibu hanya meneran apabila ada dorongan kuat dan spontan untuk meneran . jangan menganjurkan untuk meneran berkepanjangan dan menahan napas. Anjurkan ibu beristirahat di antara kontraksi. Alasan : meneran secara berlebihan menyebabkan ibu sulit bernapas sehingga terjadi kelelahan yang tidak perlu dan meningkatkan resiko asfiksia pada bayi sebagai akibat turunyya pasokan oksigen melalui plasenta
Anjurkan ibu untuk minum selama kala dua persalinan.
Alasan : ibu bersalin mudah sekali mengalami dehidrasi selama proses perslinan dan kelahiran bayi cukupnya asupan cairan dapat mencegah ibu mengalami hal tersebut.
v Adakalanya ibu merasa kawatir dalam menjalani kala dua persalinan. Berikan rasa aman semangat serta tenteramkan hatinya selama proses persalinan berlangsung. Dukungan dan  perhatian akan mengurangi perasaan tegang.membantu kelancaraan proses persalinan dan kelahiran bayi. Beri penjelasan tentang cara dan tujuan dari setiap tindakan setiap kali penolong melakukannya jawab setiap pertanyaan yang diajukan ibu,jelaskan apa yang dialami oleh ibu dan bayinya dan hasil pemeriksaan yang dilakukan (misalnya tekanan darah,denyut jantung janin,periksa dalam).



MEMBERSIHKAN PERINEUIM IBU
Praktik terbaik pencegahan infeksi pada kala dua persalinan diantaranya adalah melakukan pembersihan vulva dan perineum menggunakan air matang (DTT). Gunakan gulungan kapas atau kasa yang bersih, bersihkan mulai dari bagian atas ke arah bawah (dari bagian anterior vulva ke arah rektum) untuk mencegah kontaminasi tinja. Letakkan kain bersih di bawah bokong saat ibu mulai meneran. Sediakan kain bersih cadangan di dekatnya . jika keluar tinja saat ibu meneran , jelaskan bahwa hal itu biasa terjadi . bersihkan tinja tersebut dengan kain alas bokong atau tangan yang sedang menggunakan sarung tangan. Ganti alas bokong dan sarung tangan DTT.jika tidak ada cukupwaktu untuk membersihkan tinja karena bayi akan segera lahir maka sisihkan dan tutupi tinja tersebut dengan kain bersih.

MENGOSONGAN KANDUNG KEMIH
Anjurkan ibu dapat berkemih setiap 2 jam atau lebih sering jika kandung kemih selalu terasa penuh.jika diperlukan, bantu ibu untuk ke kamar mandi .jika ibu tak dapat berjalan ke kamar mandi,bantu agar ibu dapat duduk dan berkemih di wadah penampung urin.
Alasan : kandung kemih yang penuh menganggu penurunan kepala bayi.selain itu juga akan menambah rasa nyeri pada perut bawah,menghambat penatalaksanakan distosia bahu , menghalangi lahirnya plasenta dan peredaran darah pascapersalinan.

Jangan melakukan kateterisasi kandung kemih secara rutin sebelum atau setelah kelahiran bayi dan/atau plasenta. Kateterisasi kandung kemih hanya dilakukan bila terjadi retensi urin dan ibu tak mampu berkemih sendiri.
Alasan : selain menyakitkan , kateterisasi akan meningkatkan risiko infeksi dan trauma atau perlukaan pada saluran kemih ibu.

3.2.6 AMNIOTOMI
Apabila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka perlu dilakukan tindakan amniotomi . perhatikan warna air ketuban yang keluar saat dilakkukan amniotomi . jika terjadi pewarnaan mekonium pada air ketuban maka lakukan persiapan pertolongan bayi setelah lahir karena hal tersebut menunjukkan adanya hipoksia dalam rahim atau selama proses persalinan (lihat lampiran 1)







3.3. PENATALAKSANAKAN FISIOLOGIS KALA DUA
Proses fisiologis kala dua persalinan diartikan sebagai serangkaian peristiwa alamiah yaang terjadi sepanjang peroide tersebut dan akhiri dengan lahirnya bayi secara normal (dengan kekuatan ibu sendiri). Gejalaa dan tanda kala dua juga merupkan meknisme alamiah bagi ibu dan penolomg persalinan bahwa proses pengeluaran bayi sudah di mulai. Setelah terjadi pembukaan lengkap, beritahukan pada ibu bahwa hanya dorongn alamiahnya yang mengisarakan ia untuk meeran dan emudian beristirahat di antara konraksi. Iu dapat memili posisi yang nyaman, baik beriri, berjongkok atau miring yang dapat mempersingkat kala dua. Beri eleluasan untuk ibu menelurkan suara selama persalinan dan kelahiran jika ibu memang menginginkannya atau dapat mengurangi rasa tidak nyaman yan dialaminya.
Paa masa sebelum ini, sebagian besar penolong akan segera memimpin peralinan dengan menginruksikan untuk “menaik nafas dn meneran” segera setelah terjadi pembukaan lengkap. Ibu dipimpin meneran tanpa henti selama 10 detik atau lebih (“meneran dengan tenggorokan terkatup tau menuver valsava), tiga sampai mpat kali perkontraksi (sagady, 1995). Hal ini trnyata akan mengurangi pasokan oksigen ke bayi yang di tandai dengan menurunya denyut jantung janin (djj) dan nilai apgar yang lebih rendah dari normal (enkin.et al.2000).cara meneran seperti tersebut di atas,tidak termasuk dalam penatalaksanaan fisiologis kala dua,ibu memegang kendali dan mengatur saat meneran.penolong persalinan hanya memberikan bimbingan tentang cara meneran yang efektif dan benar. Harap diingat bahwa sebagian besar daya dorong untuk melahirkan bayi,di hasilkan dari kontraksi uterus. Meneran hanya menambah daya kontraksi untuk mengeluarkan bayi. 

3.3.1 . membimbing ibu untuk meneran

Bila tanda pasti kala dua telah di peroleh , tunggu sampai ibu  merasakan adanya dorongan spontan untuk meneran. Teruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi.


Mendiagnosis kala dua persalinan dan memulai meneran :

1.      Cuci tangan (gunakan sabun dan air yang bersih yang mengalir).
2.      Pakai satu sarung tangan DTT/steril untuk periksa dalam.
3.      Beritahu ibu saat, prosedur dan tujuan periksa dalam.
4.      Lakukan periksa dalam (hati-hati) untuk memastikan pembukaan sudah lengkap (10 cm) lalu lepaskan sarung tangan sesuai dengan prosedur PI .
5.      Jika pembukaan belu lengkap,tenteramkan ibu dan bantu ibu mendapakan posisi nyaman (bila ingin berbaring)atau berjalan-jalan disekitar ruang bersalin. Ajarkan cara bernafas selama konraksi berlangsung. Pantu kondisi ibu dan bayinya (lihat peoman fase aktif persalinan) dan catatkan semua temuan pada patoraf
6.      Jka ibu merasa ingin meneran tapi pembukaan beum lengkap, beritahukan belum saatnya untuk kontraksi, beri semangat dan ajarkan cara bernafas cepat selama ontraksi berlangsung.bantu ibu ntuk memperoleh posisi nyaman dan beritahukan untuk menahan diri untuk meneran hingga penolong penolong memberitahukan saat yang tepat untuk itu.
7.      Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu meras ingin meneran, bantu ibu untuk mengambil posisi yang nyaman, bimbing ibu untuk meneran secara efektif dn benar mengikuti dorongan alamiah yang terjadi. Anjurkan keluarga ibu untuk ibu untuk membntu dan mendukung usahanya. Catatkan hasil pemantauan pada patograf beri cukup minum cukup minum dan pantau DJJ setiap 5-10 menit. Pastikan ibu dapat beristirahat diantara kontraksi.
8.      Jika pembukaan sudah lengkap tapi ibu tidak ada dorongan utuk meneran, antu iu untuk memproleh posisi yang nyaman(bila masih mmpu, anjurkn untuk berjalan-jalan). Posisi berdiri dapat membantu penurunan bayi yan berlanjut dengan dorongan untuk meneran .ajarkan cara bernapas selama kontraksi berlangsung . pantau kondisi ibu dan bayi (lihat pedoman fase aktif persalinan) dan catatkan semua temuan pada partograf beri cukup cairan dan anjurkan ibu untuk berkemih sesuai kebutuhan. Pantau DJJ setiap 15menit. Stimulasi putting susu mungkin dapat meningkakan kekuatan dan kualitas dan kontraksi. Jika ibu ingin meneran,lihat petunjuk pada butir 7 diatas.
9.      Jika ibu tetap ada dorongan untuk meneran setelah 60 menit pembukaan lengkap,anjurkan ibu untuk mulai meneran di setiap kontraksi. Anjurkan ibu mengubah posisinya secara teratur,tawarkan untuk minum dan pantau DJJ setiap 5-10 menit. Lakukan stimulasi uting susu untuk memperkuat kontraksi.
10.  Jika bayi tidak lahir setelah 6 menit upaya tersebut diatas atau jika kelahiran bayi tidak akan segera terjadi,rujuk ibu segera karena tidakturunnya kepala bayi mungkin di sebabkan oleh disproporsi kepala – panggul (CPD).

3.3.2. posisi ibu saat meneran
Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman. Ibu dapat mengubah-ubah posisi secara teratur selaa dua kala karena hal ini dapat membantu kemajuan persalinan,mencari posisi meneran yang paling efektif dan menjaga sirkulasi utero –plasenter tetap baik.

3-1.jpg

Gambar 3-1 : posisi duduk atau setengan duduk

Posisi duduk atau setengah duduk (gambar 3-1) dapat memerikn rasa nyaman bagi ibu dan memberikan kemudahan baginya untuk beristirhat di antara kontraksi. Keuntungan dari kedua posisi ini adalah gya grafitasi untuk membantu ibu melahirkan bayinya.

3-2.jpg


GAMBAR 3-2 : jongkok atu berdiri
Untuk membantu mempercepat kemajuan kla dua persalinan dan mengurangi rasa nyeri.

3-3..jpgGAMBAR 3-3 : merangkak atau berbaring miring ke kiri


Beberapa ibu merasa bahwa merangkp atu berbaring miring ke kiri (gambar 3-3) membuat mereka lebih nyaman dan efektif untuk meneran. Kedu posisi tersebut juga akan membantu perbaikan posisi oksiput yang melintang untuk berputar menjadi posisi oksiput anterior.posisi merangkak sering kali membantu ibu mengurangi nyeri punggung saat persalinan. Posisi berbaring miring ke kiri memudahkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi jika ia mengalami kelelahan dan juga dapat mengurangi resiko terjadinya laserasi perineum.

Cara meneran
·         Anjurkan ibu untuk meneran mengikuti dorongan alamiahnya selama kontraksi.
·         Beritahukan untuk tidak menahan napas saat meneran.
·         Minta untuk berheni meneran dan beristirahat di antara kontraksi .
·         Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk ia akan lebih  mudah untuk meneran jika lutut di tarik kearah dada dan dagu di tempelkan ke dada.
·         Minta ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran.
·         Tidak di perbolehkan untuk mendorong fundus untuk membantu kelahiran bayi.
·         Dorongan pada fundus meningkatkan resiko distosia bahu dan ruptura uteri. Pringatkan angota keluarga ibu untuk tidak mendorong fundus bila mereka mencoba melakukan itu.
Catatan : jika ibu adalah pemigrafida dan bayinya belum lahir atau persalinan tidak akan segera terjadi setelah dua jam meneran maka ia harus segera dirujuk kefasiltas rujukan.lakukan hal itu apabila seorang multigrfida belum juga melahirkan bayinya atau persalinan tidak akan segera terjadi stelah satu jam meneran (lihat alur penata laksanaan fisiologis kala dua)



MENOLONG KELAHIRAN BAYI
3.3.3. POSISI IBU SAAT MELAHIRKAN
Ibu dapat melahirkan bayinya pada posisi apapun kecuali pada posisi berbaring telentang.(supine position)
Alas an : jika ibu berbaring telentang maka berat uterus da isinya (janin,cairan ketuban , plasenta,dll) menekan vena cavasi  inferior ibu . hal ini akan mengurangi pasokan oksigen melalui sirkulasi utero-plasenter sehingga akan menyebabkan ipoksia pada bayi . berbaring terlentang juga akan mengganggu kemajuan persalinan dan menyulitkan ibu untuk meneran secara efektif .

Apapun posisi yang dipilih oleh ibu,pastikan tersedia alas kain atau sarung bersih di bawah ibu dan kemudahan ntuk menjangkau semua peralatan dan  bahan-bahan yang diperlukan untuk membantu kelahiran bayi.tempatkan juga kain atau handuk bersih di atas perut ibu sebagai alas tempat meletakkan bayi baru lahir.

3.3.4.PENCEGAHAN LASERASI
Laserasi spontan pada vagina atau perimeni dapat terjadi saat kepala dan bahu di lahirkan. Kejadian laserasi akan meningkat jika bayi dilahirkan terlalu cepat dan tidak terkendali. Jalun kerjasama dengan ibu dan gunakan prasat manual yang tepat (dibahas di bagian selanjutnya) dapat mengatur kecepatan kelahiran bayi dan mencegah terjadinya laserasi. Krjasam sangat bermanfaat saat kepala bayi pada diameter 5-6 cm tengah membuka vulva (crowning) karena pengendalian kecepatan dan pegaturan diameter kepala saat melewati introitus dan perineum dapat mengurangi kemungkinan terjadinya robekan.bimbing ibu untuk meneran dan beristirahat atau bernapas dengan cepat pada waktunya. Gambar 3-4 memperagakan bagaimana cara membimbing ibu untuk melahirkan kepala bayi.

Di masa lalu , di anjurkan untuk melakukan episiotomi secara rutin yang tujuannya adalah untuk mencegah robekan berlebihan pada perineum. Membuat tepi luka rata sehingga mudah dilakukan penjahitan (reparasi). Mencegah penyulit atau tahanan pada kepalan dan infeksi tetapi hal tersebut ternyata ternyata tidak didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang cukup. Tetapi sebaliknya hal ini tidak boleh di artikan bahwa episiotomi (misalnya persalinan dengan ekstraksi cunam, distosia bahu, regeditas perineum dan dsb). Para penolong prsalinan harus cermat membaca kata rutin episiotomi karena hal itulah yang tidak dianjurkan , bukan episiotominya.

Epsiotomi rutin tidak boleh di lakukan karena dapat menyebabkan :
·         Meningkatnya jumlah darah yang hilang dan resiko hematoma
·         Kejadian laserasi derajat 3 atau 4 lebih banyak pada episiotomi rutin di bandingkan dengan tampa episiotomi
·         Meningkatnya nyeri pasca persalinan di daerah perineum
·         Meningkatnya resiko infeksi (terutama jika prsedur PI di perbaikan


GAMBAR 3-4 : bimbingan saat membantu kelahiran kepala bayi disadur dari beck, bungfinon & mc dermot,1998

3.3.5 melahirkan kepala
Saat kepala bayi membuka vulva ( 5-6 cm) , letakkan kain yang bersih di atas perut ibu (untuk mengeringkan bayi segera setelah lahir). Lindungi perineum dengan satu tangan (di bawah kain bersih dan kering), ibu jri pada salah satu sisi perineum dan 4 jari tangan pada sisi yang lain dn tangan yang lain pada belakang kepala bayi. Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar secara bertahap melewati introitus dan perineum.
Alasan : melindungi perineum dan mengendalikan keluarnya kepala bayi secara bertahap dan hati-hati dapat megurangi regangan berlebihan (robekan) pada vagina dan perineum.
Perhatikan perineum pada saat kepala keluar dan di lahirkan. Usap muka bayi  dengan kain atau kassa bersih atau DTT untuk membersihkan lender dan darah dari mulut dan hidung bayi.
3-5.jpg
GAMBAR 3-5 : melahirkan kepala
 Jangan melakukan penghisapan lendir secara rutin pada mulut dan hidung bayi. Sebagian besar bayi sehat dapat menghilangkan lendir tersebut secara alamiah pada dengan meknisme bersin dan menangis saat lahir. Pada pengisapan lendir yang terlalu dalam, ujung kanul pengisap dapat menyentuh daerah orofaring yang kaya dengan persyarafan parasimpatis  sehingga dapat menimbulkan reaksi vaso-vagal. Reaksi ini menyebabkan perlambatan denyut jantung (bradikardia) dan / atau henti napas (apnea) sehingga dapat membahayakan keselamatan jiwa bayi (enkin,et al,2000).  Dengan alasan itu maka pengisapan lendir secara rutin menjadi tidak di anjurkan .
Selalu isap mulut bayi lebih dulu sebelum mengisap hidungnya. Mengisap hidung lebih dulu dapat menyebabkan bayi menarik nafas dan terjadi aspirasi mekonium atau cairan yang ada di mulutnya. Jangan masukkan kateter atau bola karet penghisap terlalu dalam pada mulut atau hidung bayi. Hisap lendir bayi dengan lembut, hindari penghisapan yang dalam dan agresif.

Periksa tali pusat pada leher
Setelah kepala bayi lahir, minta ibu untuk berhenti meneran dan bernafas cepat. Periksa leher bayi apakah terlilit oleh tali pusat. Jika ada dan lilitan di leher bayi cukup longgar maka lepaskan lilitan tersebut dengan melewati kepala bayi. Jika lilitan tali pusat sangat erat maka jepit tali pusat dengan klem pada 2 tempat dengan jarak 3 cm, kemudian potong tli pusat di antara 2 klem tersebut.
3-6.jpg
GAMBAR 3-6 : pemeriksaan tali pusat pda leher
Di adaptasi dari : martin, 1996
3.3.6 Melahirkan bahu
·   Setelah menyeka mulut dan hidung bayi dan memeriksa tali pusat, tunggu kontraksi berikut sehingga terjadi putaran paksi luar secara spontan.
·   Letakkan tangan pada sisi kiri dan kanan kepala bayi, minta ibu meneran sambil menekan kepala ke arah  bawah dan lateral tubuh bayi hingga bahu depan melewati simpisis.
·   Setelah bahu depan lahir, gerakkan kepala ke atas dan lateral tubuh bayi sehingga bahu bawah dan seluruh dada dapat di lahirkan.

3-7.jpg
GAMBAR 3-7 : melahirkan bayi
sumber: varney, 1997

Catatan: sulit untuk memperkirakan kapan distosia bahu dapat terjadi. Sebaiknya selalu diantisipasi kemungkinan terjadinya distosia bahu pada setiap kelahiran bayi, terutama pada bayi-bayi besar dan penurunan kepala labih lambat dari biasanya. Jika terjadi distosia bahu maka tatalaksana sebaik mungkin.
Tanda-tanda dan gejala-gejala distosia bahu adalah sebagai berikut:
·         Kepala seperti tertahan di dalam vagina
·         Kepala lahir tetapi tidak terjadi putaran paksi luar
·         Kepala sempat keluar tetapi tertarik kembali ke dalam vagina (turtle sign)

3-8.jpg
GAMBAR 3-8 : melahirkan tubuh bayi
sumber: varney, 1997
3.3.7 melahirkan seluruh tubuh bayi
·         Saat bahu posterior lahir, geser tangan bawa (posterior) ke arah perineum dan sanggah dahu dan lengan atas bayi pada tangan tersebut.
·         Gunakan jari-jari tangan yang sama untuk mengendalikan kelahiran siku dan tangan pada sisi posterior bayi pada saat melewati perineum.
·         Gunakan tangan yang sama untuk menopang lahirnya siku dan tangan posterior saat melewati perineum.
·         Tangan bawah (posterior) menopang samping lateral tubuh bayi saat lahir.
·         Secara simultan, tangan atas (anterior) untuk menelusuri dan memegang bahu, sikap dan lengan bagian anterior.
·         Lanjutkan penulusuran dan memegang tubuh bayi ke bagian punggung, bokong  dan kaki.
·         Dari arah belakang, sisipkan jari telunjuk tangan atas di antara kedua kaki bayi yang kemudian di pegang dengan ibu jari tangan lainnya.
·         Letakkan bayi di atas kain atau handuk yang telah disiapkan pada perut bawah ibu dan posisikan kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya.
·         Segera keringkan sambil melakukan rangsangan taktil pada tubuh bayi dengan kain atau selimut di atas perut ibu. Pastikan bahwa kepala bayi tertutup dengan baik.




3.3.8 memotong tali pusat
Dengan menggunakan klem DTT, lakukan penjepitan tali pusat dengan klem pada sekitar 3 cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan 2 jari kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu ( agar darah tidak terpancar pada saat di lakukan pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan kedua dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan pertama pada sisi atau mengarah ke ibu. Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting disinfeksi tingkat tinggi atau steril. Setelah memotong tali pusat, ganti handuk basah dan selimuti bayi dengan selimut atau kain yang bersih dan kering. Pastikan bahwa kepala bayi terselimuti dengan baik.
3-9.jpg

GAMBAR 3-9: memotong tali pusat
sumber : martin,1996







Tabel 3-1 : indikasi untuk tindakan dan rujukan segera selama kala dua persalinan
Penilaian
Temuan dari penilaian dan pemeriksaan
Rencana asuhan atau perawatan
·         Nadi
·         Tekanan darah
·         Pernafasan
·         Kondisi keseluruhan
·         Urine
Tanda atau gejala syok:
·         Nadi cepat,jemath (110x/menit atau lebih)
·         Tekanan darah rendah (sistolik kurng dari 90 mmHg)
·         Pucat pasi
·         Berkeringat atau dingin,kulit lembab
·         Nafas cepat (lebih dar 30x/menit)
·         Ceas, bingung atau tidak sadar
·         Produksi urin sedikit (kurang dari 30cc/jam)
1.      Baringkan miring ke kiri
2.      Naikkan kedua kaki untuk meningkatkan aliran darah ke jantung
3.      Pasang infus menggunakan jarum diameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NS. Infuskan 1L dalam 15 sampai 20 menit; jika mungkin infuskan 2L dalam waktu satu jam pertama, kemudian turunkan ke 125c/jam.
4.      Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawat darurat obsterti dan bayi baru lahir.
5.      Dampingi ibu ke tempat rujukan.
·         Nadi
·         Urine
Tanda atau gejala dehidrasi:
·         Perubahan nadi (100 x/menit atau lebih)
·         Urin pekat
·         Produksi urin sedikit (kurang dari 30 cc/jam)

1.      Anjurkan untuk minum.
2.      Nilai ulang setiap 30 menit (menurut pedoman di patograf). Jika kondisinya tidak membaik dalam waktu satu jam, pasang infus menggunakan jarum diameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NS 125 cc/jam.
3.      Seera rujuk kefasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawat darurat obstetri dan bayi baru lahir.
4.      Damping ibu ke tempat rujukan.
·         Nadi
·         Suhu
·         Cairan vagina
·         Kondisi secara umum
Tanda atau gejala infeksi:
·         Nadi cepat (110x/menit atau lebih)
·         Suhu lebih dari 38ᵒC
·         Menggigil
·         Air ketuban atau cairan vagina yang berbau
1.      Baringkan miring ke kiri .
2.      Pasang infuse menggunakan jarum diameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NS 125 c/jam.
3.      Berikan ampisilin 2gr atau amoksisilin 2gr per oral.
4.      Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawat darurat obsterti dan bayi baru lahir.
5.      Damping ibu ke tempat rujukan
·         Tekanan darah
·         Urine
·         Keluhan subyektif
·          Kesadaran
·         Kejang
Tanda atau gejala pre-eklamsia ringan:
·         Tekanan darah diastolic 90-110 mmHg
·         Proteinura hingga 2+
1.      Nilai ulang tekanan darah setiap 15 menit (saat di antara kontraksi atau meneran)
2.      Jika tekanan drah 110 mmHg atau lebih, pasang infuse dan gunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NS 125cc/jam.
3.      Baringakan miring ke kiri.
4.      Lihat penatalaksanaannya preeklamsi berat.
Kontaksi
Tanda-tnda inersia uteri:
·         Kurang dari kontraksi dlam waktu 10 menit, lama kontraksi kurang dari 40 detik
1.      Anjurkan untuk mengubah posisi dan berjalan-jalan.
2.      Anjurkan untuk minum
3.      Pecahkan ketuban jika slaput ketuban masih utuh (gunakan setengah kocher DTT)
4.      Stimulasi putting susu.
5.      Anjurkan ibu untuk mengurangi kandung kemihnya.
6.      Jika bayi tidak lahir setelah 2jam meneran (primigravida) atau 1jam (multigravida), segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawat darurat obstetric dan bayi baru lahir.
7.      Damping ibu ke tempat rujukan.
Denyut jantung janin
Tanda gawat janin:
·         DJJ kurang dari 120 atau lebih dari 160x/menit, mulai waspada tanda awal gawat janin
·         DJJ kurang dari 100 atu lebih dari 180x/menit
1.      Baringkan miring ke kiri, anjurkan ibu untuk menarik nafas panjang perlahan-lahan dan berhebti meneran.
2.      Nilai ulang DJJ setelah 5menit.
a.       Jika DJJ normal, minta ibu kembali meneran dan pantau DJJ setelah setiap kontraksi. Pastikan ibu tidak berbaring terlentang dan tidak menahan nafasya saat meneran
b.      Jika DJJ abnormal, rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawat darurat obstetric dengan bayi baru lahir.
c.       Damping ibu ke tempat rujukan.

Penurunan kepala bayi

Kepala bayi tidak turun

1.      Anjurkan untuk meneran sambil jongkok atau berdiri.
2.      Jika bayi tidak lahir setelah 2jam meneran (primigravida) atu atau 1jam menern (multigravida), ibu di baringkan miring ke kiri.
3.      Rujukan ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawat darurat obstetric bayi baru lahir.
4.      Damping ibu ke tempat rujukan.
Lahirnya bahu
Tanda-tanda distosia bahu:
·         Kepala bayi tidak melakukan putaran paksi luar
·         Kepala bayi keluar kemudian tertarik kembali ke dalam vagina (kepala kura-kura)
·         Bahu bayi tidak lahir

Cairan ketuban
Tanda-tanda cairan kebutuhan :
·         Cairan ketuban warna hijau (mengandung mekonium)
1.      Nilai DJJ:
a)      Jika DJJ norml, minta ibu kembali meneran dan pantau DJJ setelah setiap kontraksi. Pastkan ibu tidak berbaring terlentan dan tidak menahan nafasnyasaat meneran.
b)      Jika DJJ tidak normal tangani sebagai gawt janin.
2.      Segera setelah kepala bayi lahi, hisp mulut bayi kemudian hidungnya dengan penghisap lendir DeLee DTT atau steril atau bola karet penghisap yang baru dan bersih sebelum bahu dilahirkan.

Tali pusat
Tanda-tanda tali pusat menubung:
·         Tali pusat teraba atau terlihat saat periksa dalam.
1.      Nilai DJJ, jika ada:
·         Rujukan ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawat darurat obstetric bayi baru lahir.
·         Damping ibu ke tempt rujukan.
·         Baringkan ke kiri dengan pinggul agak naik. Dengan memakai sarung tangan DTT atau steril, satu tangan tetap di dalam vagina untuk mengankat kepala bayi, gr tidak menekan tali pusat dan letakkan tangan yang lain di abdomen untuk menahan bayi pada posisinya (keluarga dapat membantu melkukannya)
·         Minta ibu berlutut dengan bokong lebih tinggi dari kepalanya. Dengan menggunakan sarung tangan DTT atau steril, sarun tangan DTT tetap di dalam untk menahan kepal bayi dari tli pusat.
2.      Jika DJJ tidak ada:
·         Beritahukan ibu dan keluarganya.
·         Lahirkan bayi dengan cra yang paling aman.

Tanda-tanda lilitan tali pusat
1.      Jika tali pusat melilit longgar di leher bayi, lepaskan melewati kepala bayi.
2.      Jika tali pusat melilit ert pada leher bayi lakukan penjepitan tali pusat dengan klem di dua tempat kemudian potong diantaranya, kemudian lahirkan bayi dengan segera.
Untuk kehamilan kembar tak terdeteksi
Kehamilan kembar tak terdeteksi
1.      Nilai DJJ.
2.      Jika bayi kedua dengan presentasi kepala dan kepala segera turun, biarkan kelahiran berlangsung seperti bayi pertama.
3.      Jika kondisi-kondisi tersebut idak terpenuhi, baringkan ibu miring ke kiri.
4.      Segera rujuk ibu ke failitas yan g memiliki kemampuan penatalaksanan gawat darurat obstetric dan bayi baru lahir.
5.      Damping ibu ke tempat rujukan.




3.5 pemantauan selama kala dua persalinan
Kondisi ibu, bayi dan kemajuan persalinan harus selalu di pantau secara berkala dan ketat selama berlansungnya kala dua persalinan.
Pantau, periksa dan catat:
·            Nadi ibu setiap 30 menit
·            Frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit
·            DJJ setiap selesai meneran atau setiap 5-10 menit
·            Penurunan kepala bayi setiap 30 menit melalui pemeriksaan abdomen (periksa luar)dan periksa dalam setiap 60 menit atau jika  ada indikasi, hal ini dilakukan lebih cepat
·            Warna cairan ketuban jika selaputnya sudah pecah (jernih atau bercampur mekonium atau darah)
·            Apakah ada presentasi majemuk atau tali pusat di samping atau terkemuka
·            Putaran paksi luar setelah kepala bayi lahir
·            Kehamilan kembar yang tidak di ketahui sebelum pertama lahir
·            Catatkan semua pemeriksaan dan intervensi yang di lakukan pada catatan persalinan



























BAB III
PENUTUP
3.4 Kesimpulan
Kala II adalah kala pengeluaran bayi ,di mulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir Uterus dengan kekuatan hisnya di tambah kekuatan meneran akan mendorong bayi hingga lahir .Asuhan Kala II yaitu :
1.      Pemantauan Ibu
a.       Kontraksi
b.      Tanda-tanda kala II
c.       Tanda vital
d.      Kandung kemih
e.       Hidrasi
f.        Kemajuan persalinan dan upaya meneran
g.       Integritas perineum
h.      Kebutuhan dan jenis episiotomy
i.         Melahirkan kepalaMemeriksa Tali Pusat
j.         Melahirkan Bahu
k.       Melahirkan Sisa Tubuh Bayi
l.         Memotong tali pusat

2.      Pemantauan Jani
a.       Frekuensi DJJ
b.      Bagian terendah janin
c.       Penurunan bagian terendah
3.      Saat bayi sudah lahir





DAFTAR PUSTAKA
Buku acuan Asuhan Persalinan Normal 2008.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar